1.1 Latar belakang
Penyakit jantung bawaan ialah kelainan susunan jantung,
mungkin sudah terdapat sejak lahir. Perkataan “susunan” berarti menyingkirkan
aritmia jantung sedangkan “mungkin” sudah terdapat sejak lahir berarti tidak
selalu dapat ditemukan selama beberapa minggu/ bulan setelah lahir.
Kerrebijn menyatakan bahwa kematian pada bayi lahir dengan PJB (penyakit
jantung bawosiaan) adalah 80 % pada umur tahun pertama, sepertiga daripada
jumlah ini meninggal pada minggu pertama, dan separuhnya pada umur satu atau
dua bulan pertama. Umumnya terbanyak pada Defek Septum Ventrikel (VSD),
kemudian menyusul VSD + PS (stenosis pulmonal), ASD (defek septum atrium), PDA
( duktus arteriosus persisten), koarktasio aorta, PS (stenosis pulmonal), AS (
stenosis aorta), TGA (tranposisi arteri-arteri besar), TF (tetralogi
Fallot).(Staf Pengajar IKA FKUI,1985).
Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah
penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung
yang dibawa dari lahir yang terjadi akibat adanya gangguan atau kegagalan
perkembangan struktur jantung pada fase awal perkembangan janin.Ada 2 golongan
besar PJB, yaitu non sianotik (tidak biru) dan sianotik (biru) yang
masing-masing memberikan gejala dan memerlukan penatalaksanaan yang berbeda.
Angka kejadian PJB dilaporkan sekitar 8–10 bayi dari 1000 kelahiran hidup dan
30 % diantaranya telah memberikan gejala pada minggu-minggu pertama kehidupan.
Bila tidak terdeteksi secara dini dan tidak ditangani dengan baik, 50%
kematiannya akan terjadi pada bulan pertama kehidupan. Di negara maju hampir semua jenis PJB telah
dideteksi dalam masa bayi bahkan pada usia kurang dari 1 bulan, sedangkan di
negara berkembang banyak yang baru terdeteksi setelah anak lebih besar,
sehingga pada beberapa jenis PJB yang berat mungkin telah meninggal sebelum
terdeteksi. Pada beberapa jenis PJB tertentu sangat diperlukan pengenalan dan
diagnosis dini agar segera dapat diberikan pengobatan serta tindakan bedah yang
diperlukan. Untuk memperbaiki pelayanan di Indonesia, selain pengadaan dana dan
pusat pelayanan kardiologi anak yang adekuat, diperlukan juga kemampuan deteksi
dini PJB dan pengetahuan saat rujukan yang optimal oleh para dokter umum yang
pertama kali berhadapan dengan pasien. (Roebiono,2009 dalam http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/68321669235fd5a14595241e85893e6bbb8907f2.pdf
tanggal 13 Oktober 2011)
Dari uraian diatas penulis melihat pentingnya mempelajari
dan memahami mengenai penyakit jantung bawaan terutama VSD (Ventricular
Septal Defect) dan PDA (Patent
ductus arteriosus). Hal ini
bertujuan untuk mengetahui tindakan pencegahan serta perawatan terhadap pasien
yang menderita penyakit ini.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan tentang VSD (Ventricular
Septal Defect)dan PDA (Patent
ductus arteriosus).
1.2.2
Tujuan
Khusus
1.
Menjelaskan
pengertian dari VSD (Ventricular Septal
Defect)dan PDA (Patent
ductus arteriosus).
2.
Menjelaskan
etiologi VSD (Ventricular Septal Defect)dan PDA (Patent ductus
arteriosus).
3.
Menjelaskan
patofisiologi VSD (Ventricular Septal
Defect)dan PDA (Patent
ductus arteriosus).
4.
Menjelaskan
gambaran klinis VSD (Ventricular Septal
Defect)dan PDA (Patent
ductus arteriosus).
5.
Menjelaskan gejala
/ tanda VSD (Ventricular Septal Defect)dan PDA (Patent ductus
arteriosus).
6.
Menjelaskan
diagnosa VSD (Ventricular Septal Defect)dan PDA (Patent ductus
arteriosus).
7.
Menjelaskan
prognosis dan komplikasi VSD (Ventricular Septal
Defect)dan PDA (Patent
ductus arteriosus).
8.
Menjelaskan
penatalaksanaan dari VSD (Ventricular Septal
Defect)dan PDA (Patent
ductus arteriosus).
9.
Menjelaskan
pencegahan VSD (Ventricular Septal Defect)dan PDA (Patent ductus
arteriosus).
1.3 Manfaat
Penelitian ini, diharapkan memberikan manfaat bagi :
1.3.1
Mahasiswa
Memberikan informasi serta menambah pengetahuan tentang VSD (Ventricular
Septal Defect)dan PDA (Patent
ductus arteriosus)yang nantinya
dapat dijadikan dasar dalam memahami Ilmu Kesehatan Anak.
1.3.2
Keluarga dan Masyarakat
Memberikan informasi serta gambaran kepada masyarakat khususnya orang
tua yang anaknya menderita penyakit jantung bawaan terutama VSD (Ventricular Septal Defect) dan PDA (Patent Ductus
Arteriosus) untuk merawat anak dengan kelainan jantung bawaan.
1.3.3
Institusi Kesehatan
Dapat
digunakan sebagai masukan untuk melakukan tindakan lebih lanjut sehingga anak dengan penyakit jantung bawaan
bisa hidup normal ditengah masyaraka
1.3.4
Penulis
Sebagai
sarana untuk menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh dari mata kuliah Ilmu Kesehatan
Anak dan menambah pengetahuan penulis dalam mengenai kelainan jantung bawaan serta dalam
rangka menyelesaikan tugas Mata Kuliah Ilmu Kesehatan Anak
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defek
Septum Ventrikel (VSD, Ventricular Septal Defect)
2.1.1
Definisi VSD
Defek
septum ventrikel (Ventricular septal
defect, VSD) merupakan dinding pemisah antara kedua ventrikel tidak
tertutup sempurna pada VSD, akibatnya ialah darah dari ventrikel kiri langsung
mengalir ke ventrikel kana dan sebaliknya.Kelainan ini umumnya congenital,
tetapi dapat pula terjadi trauma.Besarnya defek bervariasi dari diameter
beberapa millimeter sampai beberapa sentimeter.( Ilmu kesehatan anak FKUI 1985
hal 172)
Dalam
buku ilmu kesehatan anak Behrman,Kliegman,Arvin menjelaskan defek sekat
ventrikel merupakan Defek dapat terjadi pada setiap bagian sekat ventrikel,
namun sebagian besar adalah tipe membranosa..defek ini ada pada posisi
posteroinferior, anterior dari daun katup sekat katup trikuspidal. Defek antara
krista supraventrikularis dan muskulus papilaris konus mungkin akibat stenosis
pulmonal dan manifestasi lain tetralogy fallot. Defek sebelah superior krista
supraventrikularis (suprakristal) kurang sering. Mereka ditemukan tepat dibawah
katup pulmonal dan dapat mengenai sinus aortikus, menyebabkan insufisiensi
aorta.Defek pada bagian tengah atau daerah apeks sekat ventrikel adalah tipe
muskuler dan dapat tunggal atau multiple (sekat Swiss-cheese).
Defek septum ventrikel (DSV) terjadi apabila sekat (ventrikel)
tidak terbentuk sempurna.Akibatnya darah dari bilik kiri mengalir ke bilik
kanan pada saat sistol. Bsarnya defek bervariasi dari hanya mm sampai beberapa
cm. Pada defek besar dengan resistensi vaskular paru meninggi tekanan bilik
kanan akan sama dengan bilik kiri sehingga pirau kiri ke kanan akan sedikit.
Bila makin besar defek dan makin tinggi tekanan bilik kanan akan terjadi pirau
kanan ke kiri. Berkurangnya darah yang beredar ke dalam tubuh menyebabkan
pertumbuhan anak terhambat.Aliran darah ke paru juga bertambah yang menyebabkan
anak sering menderita infeksi pernafasan.Pada DSV kecil pertumbuhan anak tidak
terganggu, sedangkan pada DSV besar dapat terjadi gagal jantung dini yang
memerlukan pengobatan medis yang intensif atau bahkan operasi.(Ngastiyah,2005:94)
2.1.2
Etiologi VSD
VSD lebih sering ditemukan pada
anak-anak dan seringkali merupakan suatu kelainan jantung bawaan.Pada
anak-anak, lubangnya sangat kecil, tidak menimbulkan gejala dan seringkali
menutup dengan sendirinya sebelum anak berumur 18 tahun.Pada kasus yang lebih
berat, bisa terjadi kelainan fungsi ventrikel dan gagal jantung.VSD bisa
ditemukan bersamaan dengan kelainan jantung lainnya.
Apabila pada masa kehamilan 2 bulan
pertama ibu menderita penyakit rubella atau penyakit virus lainnya, atau makan
obat-obatan tertentu seperti talidomoid, atau terkena sinar radiasi, dapat
terjadi penyakit jantung bawaan.Hipoksia janin juga dapat menjadi penyebab
terjadinya penyakit jantung bawaan.(Ngastiyah,2005:94)
2.1.3 Patofisiologi VSD
Ukuran fisik defek adalah besar,
tetapi bukan satu – satunya yang menetukan besar tembusan (shunt) dari kiri ke kanan. Besar shunt juga ditentukan oleh tingkat tahanan vaskuler pulmonal
disbanding dengan tahanan vaskuler sistemik. Bila ada komunikasi kecil
(biasanya <0,5 cm2), defek disebut restriktif (membatasi) dan tekanan ventrikel kanan normal. Tekanan
yang lebih tinggi diventrikel kiri mendorong shunt dari kiri ke kanan, namun ukuran defek membatasi besarnya shunt.Pada defek besar nonrestriktif (biasanya >0,1cm2),
tekanan ventrikel kanan dan kiri seimbang.Pada defek ini, arah dan besar shunt ditentukan oleh rasio tahanan
vaskuler pulmonal terhadap sistemik. Sesudah lahir bila ada VSD besar , tahanan
vaskuler pulmonal dapat lebih tinggi daripada normal dan dengan demikian, besar
shunt dari kiri ke kananmungkin
terbatas. Karenan tahanan vaskuler pulmonal turun pada beberapa minggu pertama sesudah lahir akibat penurunan
normal media arteria dan arteriol pilmonalis kecil, besar shunt dari kiri ke kanan bertambah. Akhirnya terjadi shunt besar dari kiri ke kanan, dan
gejala – gejala klinis tampak. Pada kebanyakn kasus selama masa bayi awal,
tahanan vaskuler pulmonal hanya sedikit naik, dan sumbangan utama terhadap
hipertensi pulmonal adalah aliran darah pulmonal yang sangat besar.Pada beberapa
penderita dengan VSD besar, ketebalan medial arteriola pulmonal tetap
bertambah. Dengan pemajanan terus menerus
bantalan vaskuler pulmonal pada tekanan sistolik yang tinggi dan aliran
yang tinggi, penyakit obstruktif vaskuler pulmonal mulai terjadi. Bila rasio
tahanan pulmonal terhadap sistemik mendekati 1:1, shunt menjadi dua arah, tanda – tanda gagal jantung mereda, dan
penderita menjadi sianosis.Penambahan progresif tahanan pulmonal ini jarang
ditemukan masa sekarang karena hipertensi pulmonal yang berlangsung lama
dicegah dengan intervensi bedah awal pada penderita dengan VSD besar.
Besar shunt intrakardial biasanya digambarkan dengan rasio aliran darah
pulmonal terhadap sistemik. Jika shunt
dari kiri ke kanan kecil (rasio aliran pulmonal terhadap sistemik), ruangan –
ruangan jantung tidak akan menjadi
cukup besar dan bantalan vaskuler
pulmonal agaknya akan normal. Jika shunt
besar, terjadi kelebihan beban volume atrium dan ventrikel kiri, juga
hipertensi ventrikel kanan dan arteria
pulmonalis. Batang arteria pulmonalis, atrium kiri, dan ventrikel kiri membesar
karena volume lairan darah pulmonal besar. (Behrmen, Kliegman,
Arvin.2000:1578-1579)
2.1.4 Gambaran klinis
VSD
Tanda klinis penderita dengan VSD
bervariasi sesuai dengan besar defek dan aliran serta tekanan darah pulmonal.Defek
kecil dengan shunt darikiri ke kanan kecil dan tekanan arteria pulmonalis
normaladalah kejadian yang paling sering. Penderita-penderita ini tidak
bergejaladan lesi jantung biasanya ditemukan selama pemeriksaan fisik rutin.Khas
ada bising holosistolik parasternalis kiri, keras, kasar atau meniup, terdengar
paling baik pada linea parasternalis kiri bawah dan seringkali disertai dengan
getaran (thrill).Pada beberapa
keadaan, bising berakhir juga sebelm suara kedua, agaknya penutupan defek
selama akhir sistole.Shunt dari kiri
ke kanan mungkin terbatas pada neonatus karena tekanan sisi kanan yang lebih tinggi, dan karenanya bising sistolik
mungkin tidak dapat didengar selama umur
beberapa hari pertama. Namun, pada bayi premature, bising dapat terdengar awal
karena tahanan vaskuler pulmonal menurun
lebih cepat. Pada penderita dengan VSD kecil, roentgenegram dada biasanya
normal tetapi mungkin memberi kesan
hipertrofi ventrikel kiri. Adanya hipertrofi ventrikel kanan merupakan
peringatan bahwa defek tidak kecil dan bahwa hipertensi pulmonal ada atau bahwa
ada lesi yang menyertai misalnya stenosis pulmonal.
Defek besar dengan aliran darah
pulmonal berlebih dan hipertensi pulmonalmenyebabkan dyspnea, kesukaran makan,
pertumbuhan jelek, persipirasi banyak, infeksi paru-paru berulang, dan gagal
jantung pada masa awal masa bayi.Sianosis biasanya tidak ada, tetapi keabu –
abuan kadang – kadang tampak selama infeksi atau menangis.Sering terjadi
penonjolan precordium kiri dan sternum, sebagaimana adanya kardiomegali, kuat
angkat parasternal teraba, dorongan apeks dan getaran sistolik.Bising
pansistolik mungkin serupa dengan bising defek yang lebih kecil, walaupun
biasanya kurang kasar dan lebih meniup sifatnya karena tidak ada perbedaan
tekanan yang berarti disebelah defek.Bising ini bahkan kurang mungkin didengar
pada masa neonatus.Komponen pulmonal suara jantung kedua mungkin bertambah,
menunjukkan adanya hipertensi pulmonal. Adanya rumble mid-diastolik, nada
rendah di apeks disebabkan oleh bertambahnya aliran darah yang melewati katup
mitral dan menunjukkan shunt dari kiri ke kanan sekitar 2:1 atau lebih besar.
Bising ini paling baik didengarkan
dengan stetoskop corong. Pada VSD besar, roentgenegram
dada menunjukkan kardiomegali yang menyolok dengan penonjolan kedua ventrikel,
atrium kiri, arteria pulmonalis.Corak vaskuler pulmonal bertambah dan mungkin
ada edema paru –paru yang jelas.Efusi pleura mungkin ada, elektrokardiogram menunjukkan hipertrofi biventrikuler; gelombang P
mungkin berlekuk atau runcing (peaked).
(Behrmen, Kliegman, Arvin.2000:1579)
Pada VSD kecil
anak dapat tumbuh sempurna tanpa keluhan, sedangkan pada VSD besar dapat
terjadi gagal jantung yang dini yang memerlukan pengobatan medis intensif.
1.
VSD kecil
Diameter
defek kecil yaitu 1-5 mm, sedang 5-10mm. besarnya defek bukan satu-satunya
factor yang menentukan besarnya aliran darah.Pertumbuhan badan normal walaupun
terdapat kecenderungan timbulnya infeksi saluran nafas.Toleransi latihan
normal, hanya pada latihan yang lama dan intensif lebih cepat lelah disbanding
dengan teman sebayanya.
Palpasi :
Impuls ventrikel kiri jelas pada apeks kordis. Biasanya teraba getaran bising
pada sela iga III dan IV kiri.
VSD
tanpa komplikasi tidak mengakibaatkan thrill di fosa suprasternalis.
Auskultasi:
Bunyi jantung biasanya normal.
Defek
sedang: Bunyi jantung II agak dapat keras. “splitt” sempit pada sela II iga
kiri dekat sternum. Bunyi jantung I biasanya sulit dipisahkan dari bisng
holosistolik yang kemudian segera terdengar.Bising bersifat kasar, digolongkan
dalam bising kebocoran.Pungtum maksimum pada sela iga III, IV dan V kiri
langsung dekat sternum, menjalar terutama ke sela iga IV dan II kanan disamping
sternum dan kearah apeks kordis.Juga sering kepunggung.Intensitas bising derajat
II s/d VI.
Tindakan Bedah
Tidak
perlu operasi.Sikap menunggu lebih baik, karena sudah diketahui bahwa 15%
penderita mengalami penutupan secara spontan.Defek pirau kiri kekanan lebih
besar daripada 25% QP (Quotient Pressure) memerlukan koreksi bedah, terutama
untuk menghindarkan terjadinya hipertensi pulmonal dikemudian hari.
Pengobatan medis
Jika
terdapat infeksi slauran napas, harus cepat diberi antibiotika.Tidak demikian
halnya dengan anak normal.Justru pada VSD kecil kemungkinan mendapat endokarditis
bakterialis sangat besar, maka tindakan bedah harus dilakukan dengan lindungan
antibiotika yang adekuat.
Prognosis
quo ad vitam tidak membahayakan.Dapat diharapkan hidup normal.
2.
VSD besar dan sangat
besar
Diameter
defek lebih daripada setengah ostium aorta.Tekanan diventrikel kanan jelas
meninggi diluar kebiasaan. Curah sekuncup melalui ostium aorta
Secara
klinis sudah menunjukkan gejala napas pendek, lekas lelah pada umur sangat
muda, sehingga muncul masalah pada makan.Pertambahan berat badan minimal akibat
seringnya infeksi saluran napas.
Serangan
dipnea paroksismal sering timbul.
Inspeksi.Pertumbuhan
badan jelas terhambat, pucat dan banyak keringat bercucuran.Ujung – ujung jari
hiperemik.Diameter dada bertambah, sering terlihat voussure cardiaque kekiri.
Gejala – gejala yang menonjol ialah nafas pendek dan retraksi pada jugulum.,
sela interkostal dan region epigastrum. Pada anak kurus terlihat impuls jantung
yang hiperdinamik.
Palpasi .impuls
jantung hiperdinamik kuat , terutama yang timbul dari ventrikel kiri. Karen
adefek besar, maka tekanan arteria pulmonalis tinggi, akibatny apenutupan katup
pulmonal jelas teraba pada sela iga III
kiri dekat sternum. Teraba getaran bising pada dinding anda. Pada defek sangat
besar, sering tidak teraba getaran bisng karena tekanan diventrikel kiri sama
dengan tekanan diventrikel kanan. Anak dengan VSD besar disertai gagal jantung
mempunyai tanda terabanya tepi hati tumpul dibawah lengkung iga kanan.
Auskultasi. Bunyi jantung pertama mengeras terutama pada
apeks dan sering diikuti click sebagai akibat terbukanya katup pulmoral dengan
kekuatan pada pangkal arteria pulmonalis yang melebar. Bunyi jantung kedua
mengeras, terutama pada sela iga II
kiri, umumnya closed split. Terdengar bising holosistolik kasar
derajat III-IV sepanjang tepi sternum
kiri dengan pungtum maksimum disela iga IV, menjalar keseluruh prekordium
sampai kepunggung. Intensitas bising mengurang jika tekanan systole
ventrikel kanan meninggi. Pada keadaan
ini seluruh fase systole tidak lagi
ditutu[I oleh bising dan bising bersifat dekresendo. Jika pirau kiri kekanan
pada VSD lebih dari 50% QP maka sering terdengar bising mid-diastolik pada
apeks kordis, bising ini disebabkan oleh stenosis mitral (MS) relative terdapat
sejumlah darah yang diberikan pada jantung bagian kiri.
Tindakan Bedah
Tanpa
operasi hidup buruk.Tindakan bedah sangat diharapkan.Penutupan defek dilakukan
dengan bantuan mesin jantung-paru.Operasi dilakukan pada umur lebih muda
dibeberapa pusat kardiologi di Amerika Serikat pada bayi umur 4 bulan.Anak
dengan pirau kiri kekanan besar dan tekanan arteria pulmonalis meninggi mengakibatkan
konstriksi pulmonalis.Diharapkan pencegahan kelainan yang nyata daripada
arteriol paru.Didapatkan kecenderungan untuk memberikan pengobatan medis,
karena terutama pada tekanan di atrium kiri yang meninggi sebagai akibat gagal
jantung kiri sangat berbahaya pada pulmonary vascular bedah.
2.1.5Gejala/ tanda VSD
Bila VSD-nya kecil,
biasanya tidak tampak gejala. Anak tetap lincah bermain, pertumbuhan dan
perkembangannya normal, bahkan ada yang bisa menjadi olahragawan (perenang)
yang unggul. Gejala akan muncul bila ada komplikasi endokarditis infektif,
yaitu infeksi pada selaput di dalam jantung (endokardium).
Bila VSD ukurannya
sedang atau besar akan memberikan gejala-gejala gagal jantung. Pada bayi yang
masih menetek akan tampak bayi cepat lelah saat menghisap ASI, berkeringat dan
nampak terengah/engah, sering sakit batuk dan sesak nafas karena radang paru
(pneumonia/bronkopneumonia). Bila terjadi edema paru bayi/anak akan sangat
sesak nafas. Umumnya bayi/anak akan mengalami hambatan pertumbuhan: berat
badannya tidak naik-naik, bahkan bisa terjadi gizi buruk.Pada yang ukuran
sedang dan besar ini juga dapat terjadi komplikasi endokarditis infektif, yang
ditandai dengan anak menderita panas tinggi yang lama dan tampak sakit.Kalau
diperiksa jantungnya oleh dokter, akan terdengar laju denyut jantungnya
bertambah cepat, dan terdengar bising jantung yang cukup keras.
Pada
kedua kelainan ini, darah dari paru-paru yang masuk ke jantung, kembali
dialirkan ke paru-paru. Akibatnya jumlah darah di dalam pembuluh darah
paru-paru meningkat dan menyebabkan:
- Sesak nafas
- Bayi mengalami kesulitan ketika menyusu
- Keringat yang berlebihan
- Berat badan tidak bertambah.
-Minum susu hanya sedikit dan cepat lelah
- Sesak nafas
- Bayi mengalami kesulitan ketika menyusu
- Keringat yang berlebihan
- Berat badan tidak bertambah.
-Minum susu hanya sedikit dan cepat lelah
-Sering
demam (mudah terserang penyakit)
Pada anak penderita
kelainan jantung bawaan, ada yang mempunyai gejala biru (terlihat biru pada
kuku) tapi ada pula yang tidak disertai biru.Seorang pasien kelainan jantung
bawaan dengan ciri warna biru pada kuku jari tangan dan kaki, mengalami
perubahan yang menggembirakan setelah dioperasi.Warna daging (di bawah kuku)
mulai berubah ke warna cerah (merah seperti orang normal) beberapa hari setelah
dioperasi.
2.1.6
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala
dan hasil pemeriksaan fisik.Dengan menggunakan stetoskop, akan terdengar
murmur (bunyi jantung abnormal) yang nyaring. Pemeriksaan yang biasa
dilakukan yaitu Rontgen
dada, EKG, Ekokardiogram, Kateterisasijantung
,Angiografi
jantung.
Ekokardiogram
dua-dimensi akan menunjukkan posisi dan
besar VSD. Pada defek yang amat kecil, terutama sekat muskuler, defek sendiri
mungkin sukar ditayangkan dan hanya ditampakkan dengan pemeriksaan Doppler
berwarna. Membrane tipis (aneurisma sekat ventrikel) terdiri atas jaringan
katup trikuspidal yang sebagian dapat
menutup defek dan membatasi besar shunt
dari kiri ke kanan. Eko juga berguna dalam memperkirakan ukuran shunt dengan memeriksa tingkat beban volume berlebih atrium kiri dan
ventrikel kiri;luas penambahan dimensi menggambarkan ukuran shunt dari kiri ke kanan. Pemeriksaan
Doppler pulsa akan menunjukkan apakah VSD
merupakan restriktif (bersifat membatasi) tekanan dengan menghitung perbedaan tekanan disebelah defek. Hal ini
akan memungkinkan memperkirakan tekanan
ventrikel kanan dan membantu menentukan apakan penderita berisiko untuk
perkembangan penyakit vaskuler pulmonal awal.
Pengaruh VSD pada sirkulasi dapat
juga diperagakan pada katerisasi jantung.Namun, prosedur diagnostic ini tidak diperlukan
pada kebanyakan kasus. Katerisasi biasanya dilakukan bila evaluasi klinis
menyeluruh tetap tidak dapat menentukan mengenai besar shunt atau bila data laboratorium tidak cocok dengan baik dengan
tanda – tanda klinis. Katerisasi juga berguna untuk mendeteksi adanya defek
jantung yang menyertai.
Bila kateterisasi dilakukan,
oksimetri akan menunjukkan kenaikan kadar oksigen dalam darah yang diperoleh
dari ventrikel kanan dibanding dengan kadar oksigen atrium kanan, karena
beberapa defek memancarkan darah hampir secara langsung ke dalam arteria
pulmonalis, kenaikan ini kadang-kadang jelas hanya bila darah arteria
pulomonalis diambil (aliran). Shunt kecil
tidak dapat menghasilkan kenaikan saurasi oksigen yang dapat dideteksi dalam
ventrikel kanan tetapi tampak dengan indikator uji pengenceran. Defek
restriktif kecil disertai dengan tekanan jantung sisi kanan dan tahanan
vaskuler pulmonal normal. Defek besar, nonrestriktif diserti dengan tekanan
sistolik pulmonal dan sistemik sama atau hampir sama. Aliran darah pulmonal
mungkin 2-4 kali aliran darah sistemik. Pada penderita ini tahanan vaskuler
pulmonal akan hanya naik secara minimal, karena tahanan adalah sama dengan
tekanan dibagi dengan aliran. Juka ada sindrom Eisenmenger, tekanan sistolik
dan diastolik arteria pulmonalis akan naik, derajat shuntdari kiri ke kanan akan minimal, dan desaturasi darah dalam
ventrikel kiri akan ditemukan. Ukuran, lokasi, dan jumlah defek ventrikel
diperagan dengan ventrikulografi kiri. Bahan kontras akan lewat melalui defek
untuk mengkeruhkan ventrikel kanan dan arteria pulmonalis. (Behrmen, Kliegman,
Arvin.2000:1580)
2.1.7 Prognosis dan
Komplikasi
Perjalanan alamiah tergantung
sebagian besar pada ukuran defek. Sejumlah defek kecil yang berarti (30-50%)
akan menutup secara spontan, paling sering selama umur tahun pertama. Sebagian
besar defek yang menutup akan sering menderita aneurisma sekat ventrikel yang
membatasi besarnya shunt. Kebanyakan
anak dengan defek kecil tetapi tidak bergejala tanpa bukti bertambahnya ukuran
jantung, tekanan atau tahanan arteria pulmonalis.Salah satu dari resiko
jangkalama penderita ini adlah resiko andokarditis infektif. Endocarditis
terjadi kurang daripada 2% anak dengan VSD,lebih sering terjadi pada remaja ,
dan jarang pada anak dibawah umur 2 tahun. Risiko ini tidakbergantung pada
ukuran VSD.
Untuk defek sedang atau besar
kurang sering menutup secara spontan, bahkan walaupun defek cukup besar untuk
mengakibatkan gagal jantung, defek mungkin menjadi lebih kecil dan jarang akan
menutup secara sempurna. Yang paling sering adalah bayi dengan defek besar
menderita kejadian infeksi pernapasan berulang dan gagal jantung kongestif
walaupun manajemen medic optimal.
Sejumlah kecil penderita VSD
mengembangkan stenosis pulmonalis infundibuler didapat. Yang kemudian
melindungi sirkulasi pulmonal dari
pengaruh jangka pendek penyakit vaskuler pulmonal. Pada penderita ini, gambaran
klinis berubah dari gambaran klinis VSD dengan shunt dari kiri ke kanan ke VSD dengan stenosis pulmonal. Shunt mungkin mengecil, menjadi seimbang
atau bahkan menjadi shunt dari kanan
ke kiri. Penderita ini harus dibedakan dari penderita – penderita yang
mengembangkan fisiologi Einsenmenger (Anak yang semula tidak biru akan menjadi biru di daerah mulut dan
ujung-ujung jarinya akibat hipertensi paru yang hebat).
(Behrmen, Kliegman, Arvin.2000:1580)
2.1.8Penatalaksanaan
Menurut Ngastiyah (2005),
penatalaksanaan untuk PDA (Patent Ductus
Arteriosus) sebagi berikut:
a.
Medik
Pada penderita dengan defek kecil,
orang tua harus diyakinkan lagi mengenai sifat lesi yang relative jinak, dan
anak harus didorong unutk hidup secara normal, tanpa ada pembatasan aktifitas
fisik.Perbaikan secara bedah tidak dianjurkan. Penderita ini dapat dipantau
dengan kombinasi pemeriksaan klinis dan kadang – kadang uji laboratorium non
invasive sampai defek telah menutup secara apontan.elektrokardigram merupakan
cara skrining yang sangat abik pada pemderita ini untuk kemungkinkan hipertensi
pulmonal.
Pada bayi dengan VSD besar,
manajemen medik mempunyai dua tujuan yaitu mengendalikan gagal jantung
kongestif dan mencegah terjadinya penyakit vaskuler pulmonal.Penderita ini
dapat menunjukkan tanda – tanda penyakit paru berulang tujukan pada
pengendalian gejala gagal tumbuh. Cara – cara pengobatan ditujukan pada pengendalian
gejala gagal jantung dan mempertahankan pertumbuhan normal. (Behrmen, Kliegman,
Arvin.2000:1580)
Obat-obatan yang
diberikan pada anak dengan kecacatan jantung bertujuan untuk meringankan gejala
dan tanda yang muncul, memperbaiki kerja jantung, mengatasi penyulit/komplikasi
namun tidak untuk menutup defek. Artinya, obat-obatan tidak bertujuan untuk
menutup defek.
Dengan membawa ke
dokter untuk dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Ini bisa oleh dokter
umum atau dokter spesialis anak. Selanjutnya masih diperlukan pemeriksaan
penunjang berupa x foto toraks (rontgen dada) untuk melihat pembesaran jantung
dan kondisi paru-paru, elektrokardiografi (EKG) untuk melihat konduksi listrik
jantung dan ekokardiografi untuk melihat kelainan anatomi dan fungsi jantung.
Seringkali perlu dilakukan kateterisasi jantung/penyadapan jantung bila
diperlukan data lebih lengkap untuk memutuskan kelayakan intervensi/operasi.Terhadap
lubang yang kecil tidak perlu dilakukan penutupan, karena lubang ini seringkali
menutup dengan sendirinya pada masa kanak-kanak atau remaja.Tetapi jika
lubangnya besar, meskipun gejalanya minimal, dilakukan penutupan lubang untuk
mencegah terjadinya kelainan yang lebih berat.Biasanya lubang ini ditutup
dengan sebuah tambalan, pada beberapa kasus hanya perlu dilakukan penjahitan
tanpa harus menambal lubang. Pembedahan biasanya dilakukan pada usia
pra-sekolah (2-5 tahun).Jika terjadi gagal jantung kongestif, diberikan
obat digitalis dan diuretik.
Perlu diperhatikan penanganan VSDjika ada keluhan seperti
anak sesak napas, berat badan sulit naik, biasanya diwali dengan pemberian
obat-obatan.Bila ada perbaikan, tindakan penutupan VSD, baik dengan operasi
maupun tanpa operasi, dapat ditunda sampai anak berusia 1 atau 2
tahun.Sebaliknya, bila dengan obat-obatan gejalanya tidak membaik, maka
tindakan penutupan VSD harus segera dilakukan. Kalau berat badan anak belum
mencapai 10 kg, pengobatannya hanya dengan cara operasi. Tetapai kalau berat
badan di atas 10 kg, bisa tanpa operasi dengan risisko lebih kecil.Disarankan
untuk periksa ke dokter jantung anak untuk menilai VSD-nya.
b. Perawatan
Dalam
bukunya Ngastiyah “Perawatan Anak
Sakit” dijelaskan, pasien VSD baru dirawat dirumah sakit bila sedang mendapat
infeksi saluran napas, karena biasanya sangat dyspnea dan sianosis sehingga
pasien terlihat payah.Masalah pasien yang perlu diperhatikan ialah bahaya
terjadinya gagal jantung, risiko terjadi infeksi saluran napas, kebutuhan
nutrisi, gangguan rasa aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai
penyakit.
1.
Bahaya terjadinya gagal
jantung
Dengan
adanya pirau kiri dari kiri ke kanan darah yang mengalir kebilik kanan menjadi
lebih banyak. Ini berarti beban arteria pulmonalis dan oto bilik kanan yang
ototnya tidak setebal bilik kiri akan menjadi lebih berat dan akibatnya akan
terjadi gagal jantung. Bayi memerlukan perawatan yang baik dan pengawasan medis
teratur agar bila terjadi sesuatu lekas dapat diambil tindakan; karena itu bayi
harus secara teratur control di bagian kardiologi atau dokter yang menanganinya.
2.
Risiko terjadi infeksi
saluran pernapasan
Pasien
dengan pirau kiri ke kanan mudah mendapat infeksi infeksi saluran napas karena
darah di dalam paru – paru lebih banyak sehingga pertukaran O2 tidak
adekuat.Gejala infeksi ialah demam, batuk dan napas pendek – pendek, bayi sukar
jika diberi minum atau makan.Keadaan ini biasanya mendorong orang tua untuk
membawa anaknya berobat. Dalam perawatan perlu diperhatikan hal – hal sebagai
berikut:
a.
Ruangan harus cukup
ventilasi, tetapi tidak boleh terlalu dingin
b.
Baringkan denagn kepala
lebih tinggi (semi fowler)
c.
Jiika banyak lender
baringkan dengan letak kepala ekstensi dengan memberi ganjal di bawah bahunya
(untuk memudahkan lender keluar)
d.
Sering isap
lendirnya;a) bila terlihat banyak lender didalam mulut, b)bila akan memberi
minum, c) bila akan mengubah sikap berbaringnya
e.
Mengubah sikap
berbaringnya setiap 2 jam. Lap dengan air hangat bagian yang bekas tertekan dan
diberi bedak.
f.
Bila dyspnea
sekali berikan O2 2-4 per menit. Lebih
baik periksa astrup dahulu untuk menentukan kebutuhan O2 yang sebenarnya sesuai
dengan kebutuhan. Mungkin perlu koreksi asidosis
g.
Observasi tanda vital,
terutama terutama pernapasan, suhu dan nadi, catat dalam catatan perawatan
3.
Kebutuhan Nutrisi
Karena
bayi susah makan/ minun susu maka masukan nutrisi tidak mencukupi kebutuhannya
untuk pertumbuhan. Kecukupan makanan sangat diperlukan untuk mempertahankan
kesehatan bayi sebelum operasi.Makanan bayi yang terbaik adalah ASI. Berikan
makanan tambahan sesuai dengan umurnya misalnya buah dan biscuit, bubur susu
atau tim saring. Karena bayi sukar makan, berikan 2 kali setiap porsinya.
Bayi
yang dyspnea susah mengisap dot atau menetek, maka perlu dipasang infus; selain
untuk memenuhi kalori infus juga diperlukan unutk memasukkan obat secara intravena
atau uutk koreksi asidosis. Perhatikan tetesan tidak boleh terlalu cepat karena
kan menambah beban kerja jantung.Jika sesak napas telah berkurang bayi dicoba
minum, infus di klem atau dikurangi tetesannya.Waktu memberi minum bayi lebih
baik dipangku untuk menghindarkan tersedak dan memberikan kontak psikologis.Bila
sesak napas berkurnag dan bayi telah dapat minum dengan baik, infus dihentikan.
4.
Gangguan Rasa Aman dan
Nyaman
Yang
perlu diperhatikan, hindarkan pasien kedinginan terutama malam hari atau pada
saat udara dingin. Bila dapat disekeliling tempat tidurnya dipasang selubung
agar hangat.Untk mengurangi gangguan rasa aman dan nyaman orangtua diizinkan
menunggu anaknya.
5.
Kurangnya pengetahuan
orang tua mengenai penyakit
Sebagai
tenaga kesehatan yang bisa kita lakukan adalah :
a.
Orang tua pasien perlu
diberitahu bahwa pengobatan anknya hanya dengan jalan operasi. Selama operasi
balum dilakukan anak akan selalu menderita infeksi saluran pernapasan,
sedangkan unutk operasi diperlukan kesehatan tubuh yang baik. Karenanya anak
perlu perawatan yang cermat.
b.
Anak harus mendapatkan
makanan yang cukup bergizi
c.
Hindarkan kontak dengan
orang/anak yang sedang sakit misalnya batuk, pilek, jika ibu sakit asuhan
anaknya agar diberikan kepada keluarga yang sehat dan ibu harus segera berobat
d.
Hindarkan bayi. Anak
kontak dengan banyak orang unutk mencegah infeksi
e.
Secara teratur dibawa
control dibagian kardiologi. Bila mendapat obat harus diberikan secara benar
f.
Usahakan agar
lingkungan rumah bersih. Rumah cukup ventilasi dan sinar matahari tetapi kamar
tidur pasien jangan terlalu dingin.
2.1.9Pencegahan
Setiap
wanita yang merencanakan untuk hamil, sebaiknya menjalani vaksinasi rubella.Sebelum
dan selama hamil sebaiknya ibu menghindari pemakaian alkohol, rokok dan
mengontrol diabetesnya secara teratur.
2.2
Ductus Arteriosus
Persisten (Patent ductus arteriosus, PDA)
2.2.6
Definisi
Selama
kehidupan janin, kebanyakan dari darah arterial pulmonal dialirkan melalui
ductus arteriosus ke dalam aorta.Penutupan fungsional duktus normalnya terjadi
segera sesudah lahir, tetapi juga duktus tetap terbuka ketika tahanan vaskuler
pulmonar turun, darah aorta dialirkan ke dalam arteria pulmonalis.Ujung aorta
ductus tepat sebelah distal keluarnya arteria subklavia, dan ductus masuk
arteria pulmonalis pada percabangannya.Penderita wanita melebihi laki-laki 2:1.PDA
merupakan salah satu anomaly kardiovaskuler congenital yang paling sering
akibat infeksi rubella ibu selama awal kehamilan. PDA merupakan masalah yang
sering pada unit perawatan intensif neonatus, dimana ia mempunyai beberapa
sekuele besar pada bayi prematur.
Bila
bayi cukup bulan ditemukan menderita PDA ada defisiensi lapisan endotelial
mukoid maupun media muskuler ductus.Namun,pada bayi premature,ductus paten
biasanya mempunyai susunan anatomi normal:pada
bayi ini keterbukaan adalah akibat hipoksia dan imaturitas dengan
demikian PDA yang menetap sesudah umur beberapa minggu pertama pada bayi cukup
bulan jarang menutup secara spontan, sedang pada bayi prematur,pada intervensi
farmakologis atau bedah awal tidak diperlukan,penutupan spontan akan terjadi
pada kebanyakan keadaan.PDA yang harus yang harus ditemukan pada 10% penderita
dengan lesi jantung kongenital lain.PDA
murni juga lebih sering pada penderita yang dilahirkan di daerah yang tinggi
(pegunungan).(Behrmen, Kliegman, Arvin.2000:1582)
Menurut
buku Ngastiyah dalam buku “Perawatan Anak sakit”. Kelainan ini dibedakan dalam
bentuk anatomis sebagai berikut :
1.
Defek sinus venosus
atau defek pada vena kava superior.
2.
Defek fosa ovalis atau
disebut DSA sekundum.
3.
Defek septum atrium
primum.
Faktor apa sebagai
penyebab menutupnya ductus dalam keadaan normal, masih belum dapat diketahui.
Berkembangnya paru pada waktu lahir dan perubahan tekanan oksigen darah pada
waktu yang sama merupakan factor yang sudah pasti. Bagaiman kontraksi duktus
terjadi hingga kini belum diketahui secara pasti. Juga factor turunan, infeksi
memegang peranan penting. Rubella dikenal sebgai salah satu penyebab.
2.2.7
Etiologi
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara
pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada
peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan
1.
Faktor Prenatal :
a.
Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella.
b.
Ibu alkoholisme.
c.
Umur ibu lebih dari 40 tahun.
d.
Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.
e.
Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.
2.
Faktor Genetik :
a.
Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
b.
Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
c.
Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.
d.
Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.
2.2.8
Gambaran
Klinis
Bising
sering ditemukan secara kebetulan pada anak tanpa keluhan. Pada anak lain
infeksi saluran nafas residitif serta cepat lelah merupakan keluhan yang
timbul. Gagal jantung pada masa bayi hanya terjadi pada pirau kiri kekanan yang
besar.Pertumbuahn badan umumnya normal, hanya pada pirau besar terjadi gangguan
.ujuang – ujung jari hiperemik khususnya pada pirau besar, sebagai akibat
vasodilatasi pembuluh darah tepi.Kerja jantung hiperdinamik terlihat pada
apeks.
Palpasi.Aktivitas
ventrikel kiri bertambah pada apeks kordiks.Teraba getaran bising pada sela iga
ke II kiri, fosa suprasternalis.Tanda khas pada denyut nadi berupa pulsus seler
dan disebut “water hamme pulse”.Hal ini terjadi akibat kebocoran darah dari
aorta [ada waktu systole maupun diastole, sehingga didapatkan tekanan nadi yang
besar.
Auskultasi.Bunyi
jantung pertama sering normal, diikuti systolic click. Bunyi jantung kedua
selalukeras, terkeras disela iga II kiri, bising pada fase systole bersifat
kresendo dengan puncak pada bunyi jantung II sedangkan bising pada fase diatole
bersifat dekresendo, terbaik didengar pada posisi berbaring, sifat , tempat,
dan intensitas bising tidak dipengaruhi respirasi. Besarnya curah sekuncup
jantung kiri ditandai oelh adanya bising fungsional. Pada permulaan terdapat
MS(Stenosis Mitral) relative sebagai akibat bertambahnya aliran darah yang
melalui katup normal, kemudian diikuti olehkatup aorta.
2.1.1.
Diagnosis
Diagnosis PDA tidak terkomplikasi
biasnya tidak sukar.Namun,ada keadaan lain yang tidak ada sianosis,menimbulkan
bising sistolik dan diastolik pada daerah pulmonal dan harus dibedakan.Defek
jendela aortikopulmonal jarang tidak dapat dibedakan secara klinis dari ductus
paten,walaupun pada kebanyakan kasus bisingnya hanya sistolik dan terkeras di
linea aneurisma sinus valsava yang robek ke dalam sisi kanan jantung atau
arteria pulmonalia,fistula arterio vinosa koroner,dan arteria koronaria kiri
yang menyimpang dengan kolateral yang masif dari koronaria jkanan yang
memperlihatkan dinamika yang sama dengan bising PDA yaitu bising kontinu dan
tekanan nadi yang lebar kadang-kadang bising tidak maksimal di daerah pulmonal
tetapi terdengar sepanjang linea
parasternalis kiri bawah.Trunkus arteriosus dengan aliran pulmonal yang keras
mempunyai fisiologi “kebocoran aorta”.Stenosus cabang pulmonalis dapat dihubungkan
dengan bising sistolik dan diastolik.,tetapi tekanan nadi akan normal.Fistula
arteriovenosus perifer juga menghasilkan tekanan nadi yang lebar,tetapi bising
yang khas PDA tidak ada.VSD dengan insufisiansi aorta serta kombinasi
insufisieni mitral dan aorta reumatik dapat terancukan dengan PDA,tetapi bising
harus dibedakan dengan sifat to-and-fronya
bukannya kontinyu.Kombinasi VSD yang besar dan PDA menghasilkan tanda-tanda
pada VSD saja.Ekokardiografi harus dapat menghapus kemungkinan diagnostic lain
ini.Jika secra klinis dicurigai ada ductus tetapi tidak tertampakkan pada
eko,biasanya terindikasi kateterisasi jantung.
2.2.4 Prognosis dan Komplikasi
Tanpa
operasi umur rata- rata 40 tahun.Cepat atau lambatnya timbul obstruksi pembuluh
darah paru pada semua penderita menemukan panjangnya umur. Sepsis lenta
merupakan salah satu factor pembutuk prognosis.operasi yang cepat dilakukan
memungkinkan anak mempunyai harapan hidup yang sama dengan orang sehat normal.
Penderita dengan PDA kecil dapat
hidup normal dengan tidak atau sedikit bergejala jantung : namun manifestasi
lambat dapat terjadi.Penutupan spontan ductus sesudah masa bayi sangat kecil.Gagal jantung kongestif paling sering terjadi pada awal masa bayi bila
ada ductus besar tetapi dapat terjadi pada kehidupan akhir walaupun dengan komunikasui
ukuran sedang.Beban volume ventrikel kiri yang lama semakin tua urang
ditoleransi dengan baik.
Endokardis
infeksius dapat ditemukanpada setiap usia.Emboli
pilmonal atau sistemik dapat terjadi.Komplikasi yang jarang neliputi dilatasi
aneurisme arteria pulmonalis atau ductus ,klasifikasi ductus,thrombosis
noninfeksius ductus dengan embolisasi,dan emboli paradoks.Hipertensi
pulmonal(sindrom Eisenmenger) biasanya terjadi pada pebderita PDA besar yang
tidak mengalami penanganan pembedahan.
2.2.5Penatalaksanaan
Menurut Ngastiyah (2005), penatalaksanaan untuk PDA
(Patent Ductus
Arteriosus) sebagai berikut:
a.
Medik
Pengobatan definitive untuk PDA adalah
pembedahan.PDA kecil dapat dioperasi kapan saja dikehendaki.Setelah dibuat
diagnosis, secepat – cepatnya dilakukan operasi pemotongan atau pengikatan
duktus.Pemotongan lebih diutamakan daripada pengikatan yaitu untuk
menghindarkan kemungkinan terjadinya rekanalisasi kemudian. Pada duktus yang
sangat pendek, pemotongan biasanya tidak mungkin atau jika dilakukan akan mengandung resiko. Operasijuga
dilakukan pada penderita tanpa keluhan.Terutama pada PDA yang kadang – kadang
dapat mengarah kehipertensi pulmonal yang ireversibel, juda endokarditis lenta
sering terjadi.
Tanpa memandang umur,penderita
dengan PDA memerlukan penutupan dengan pembedahan.Pada penderita PDA
kecil,kebijaksanaan untuk menutup adalah untuk mencegah enderitis atau
komplikasi lambat. Pada penderita dengan PDA sedang sampai besar , penutupan
diselesaikan untuk menangani gagal jantung,dan atau mencegah terjadinya
penyakit vaskuler pulmonal.Bila diagnosi PDA ditegakkan,penangan bedah jangan
terlalu ditunda sesudah terapi terapi medic gagal jantung kongestif telah
dilakukan dengan cukup.
Karena angka kematian kasus dengan
penanganan bedah sangat kecik kurang 1% dan resiko tanpa pembedahan lebih
besar,pengikatan dan pemotongan ductus terindikasi pada penderita yang tidak
bergejala,lebih disukai sebelum umur 1 tahun.Hipertensi pulmonal bukan
merupakan kontraindikasi untuk operasi pada setiap umur jika dapat diperagakan
pada keterisasi jantung bahwa aliran shunt
masih dominan dari kiri ke kanan
bahwa tidak ada penyakit vaskuler pulmonal yang berat.
Sesudah penutupan,gejala gagal
jantung yang jelas atau yang baru cepat menghilang.Biasanya ada perbaikan pada
perkembangan fisik bayi yang telah gagal tumbuh.Nadi dan tekanan darah kembali
normal,dan bising seperti mesin menghilang. Bising sistolik fungsional pada
daerah pulmonal kadang-kadang dapat menetap ; bising ini dapat menggambarkan
turbuler pada arteria pulmonalis yang tetap dilatasi.Tanda-tanda rontgenografi
pembesaran jantung sirkulasi pulmonal berlebih akan menghilang selama beberapa
bulan dan elektrogkardiogram menjadi normal.
Penutupan transkateter pada
laboratorium kateterisasi jantung dengan menggunakan penyumbat Teflon,dan
payung,atau gulungan (coil) intravaskuler telah digunakan secara berhasil pada
center terpilih dan menghilangkan resiko pembedahan.Pendekatan yang relatif
baru mencakup penggunaan tekhnik pembedahan torakoskopi untuk mengikat ductus
tanpa perlu menggunakan torakotomi lateralyang besar.
Pada PDA besar dapat diberikan
digoksin dan diuretic untuk mengurangi gagal jantung, meski sering tidak
menolong.Operasi dilakukan pada masa bayi bila gejala yang terjadi berat. Pada
bayi premature PDA dapat ditutup dengan obat antiprostaglandin, misalnya
indometasin, yang harus diberikan sedini mungkin (usia<1 minggu). Akhir –
akhir ini ada teknik baru penutupan PDA dengan alat serupa payung, yang dimasukkan
dengan kateter.Keuntungan teknik ini adalah pasien tidak perlu menjalani
operasi.Namun harga alatnya mahal dan efek jangka panjangnya belum diketahui
karena relative masih baru.
b.
Perawatan
Berbagai resiko seperti pada VSD
juga terjadi pada PDA, dengan demikian perawatab bayi dan anak dengan PDA
serupa pada VSD
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1 Permasalahan
Defek septum ventrikel atau
Ventricular Septal Defect (VSD) adalah gangguan atau lubang pada septum atau
sekat di antara rongga ventrikel akibat kegagalan fusi atau penyambungan sekat
interventrikel.. VSD terjadi pada 1,5 – 3,5 dari 1000 kelahiran hidup dan
sekitar 20-25% dari seluruh angka kejadian kelainan jantung kongenital. Umumnya
lubang terjadi pada daerah membranosa (70%) dan muscular (20%) dari septum.
Menurut kepustakaan angka kematian
PDA pada bayi-bayi premature lebih tinggi pada bayi-bayi dengan berat badan
<1,5kg dan angka kematian pda penderita yang dioperasi lebih kecil daripada
penderita yang diterapi konservatif (11% banding 23%).
(http://jantung.klikdokter.com/subpage.php?id=2&sub=79
diakses tanggal 21 Oktober 2011 pukul 08.00 WIB)
Adapun masalah-masalah yang dapat
ditimbulkan dari kelainan jantung PDA dan VSD terdiri dari akibat jangka
panjang dan jangka pendek, yaitu sebagai berikut:
a. Jangka pendek
1.
Pada kedua kelainan jantung
tersebut, anak mengalami gangguan dalam peredaran darahnya sehingga dapat
menyebabkan:
- Sesak nafas
- Bayi mengalami kesulitan ketika menyusudan kesukaran makan
- Keringat yang berlebihan
-Minum susu hanya sedikit dan cepat lelah
- Sesak nafas
- Bayi mengalami kesulitan ketika menyusudan kesukaran makan
- Keringat yang berlebihan
-Minum susu hanya sedikit dan cepat lelah
-Sering
demam (mudah terserang penyakit)
b. Jangka Panjang
1.
Pertumbuhan anak
terhambat karena berkurangnya darah yang beredar ke dalam tubuh.
2.
Anak sering menderita
infeksi saluran pernapasan akibat aliran darah ke paru bertambah
3.
Endocarditis
4.
Anak dapat mengalami
kurang gizi dan pertumbuhan jelek
5.
Dyspnea, persipirasi
banyak, dan gagal jantung pada masa awal masa bayi.
5.2 Faktor – Faktor Yang
Mempengaruhi
1.
Faktor ibu
a)
Usia ibu saat hamil,
apabila lebih dari 40 tahun, anak akan beresiko terkena VSD
b)
Perilaku ibu yang
minum-minuman berakohol, nutrisi yang kurang.
c)
Penyakit yang diderita
ibu pada kehamilannya, misalnya infeksi virus rubella dan diabetes
2.
Faktor anak
a)
Anak lahir premature
b)
Berkembangnya paru pada
waktu lahir dan perubahan tekanan oksigen darah pada waktu yang sama pada PDA
c)
Anak lahir dengan berat
badan rendah <1,5 kg
3.
Faktor Ekonomi
a)
Kekurangmampuan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi pada masa kehamilan ibu. Sehingga secara tidak
langsung memperbesar resiko janin terkena PDA dan VSD
b)
Kekurangmampuan untuk
melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin.
c)
Kekurangmampuan untuk
membiayai operasi pada anak dengan PDA dan VSD karena angka kematian anak
dengan PDA dan VSD setalah operasi lebih rendah disbanding dengan terapi
konservatif.
4.
Faktor Pengetahuan
Ibu kurang mengerti
tentang pentingnya nutrisi saat hamil, pentingnya pemeriksaan kehamilan, faktor
resiko hamil pada usia >35 tahun dan akibat dari perilaku ibu yang
mengkonsumsi minum-minuman beralkohol
3.3 Penanganan/ solusi
1.
Pengadaan penyuluhan
pada ibu-ibu usia subur tentang bahaya kehamilan pada umur lebih dari 35 tahun.
2.
Pengadaan penyuluhan
bagi ibu-ibu hamil tentang pentingnya pemenuhan nutrisi. Jika keluarga tidak
mampu, maka jelaskan makanan-makanan yang bernutrisi tinggi tetapi murah dan
terjangkau. Nutrisi yang cukup akan meningkatkan daya tahan ibu sehingga ibu
dapat terhindar dari penyakit saat kehamilan, mencegah bayi lahir premature dan
lahir dengan berat badan lahir rendah.
3.
Pengadaan penyuluhan
tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan secara rutin, agar bidan dapat mendeteksi
secara dini penyakit-penyakit yang menginfeksi ibu pada kehamilannya.
4.
Pengadaan penyuluhan
tentang bahaya konsumsi minum-minuman beralkohol selama kehamilan.
5.
Pemanfaatan program
jamkesmas bagi keluarga tidak mampu membiayai operasi anaknya.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1.
VSD terjadi pada 1,5 –
3,5 dari 1000 kelahiran hidup dan sekitar 20-25% dari seluruh angka kejadian
kelainan jantung kongenital. Umumnya lubang terjadi pada daerah membranosa
(70%) dan muscular (20%) dari septum. Di samping itu, angka kematian PDA pada
bayi-bayi premature lebih tinggi pada bayi-bayi dengan berat badan <1,5kg
dan angka kematian pada penderita yang dioperasi lebih kecil daripada penderita
yang diterapi konservatif (11% banding 23%).
2.
Akibat jangka pendek
PDA dan VSD antara lain yaitu: sesak
nafas, kesulitan ketika menyusu dan kesukaran makan, keringat yang berlebihan,
minum susu hanya sedikit dan cepat lelah, dan sering demam (mudah terserang
penyakit). Sedangkan akibat jangka panjang PDA dan VSD antara lain: pertumbuhan
anak terhambat karena berkurangnya darah yang beredar ke dalam tubuh, anak
sering menderita infeksi saluran pernapasan akibat aliran darah ke paru
bertambah, endocarditis, anak dapat mengalami kurang gizi dan pertumbuhan
jelek, dyspnea, persipirasi banyak, dan gagal jantung pada masa awal masa bayi.
3.
Faktor yang
mempengaruhi kejadian PDA dan VSD
terdiri dari faktor ibu, faktor anak, faktor ekonomi, dan faktor
pengetahuan tentang PDA dan VSD.
4.
Penanganan/solusi untuk
menangani dan mencegah angkan kejadian PDA dan VSD adalah antara lain melalui
berbagai penyuluhan, pemanfaatan program jamkesmas dan ANC secara rutin.
4.2 Saran
1)
Bagi Ibu dan Keluarga
Penderita
a)
Setelah mengetahui
mengetahui VSD dan PDA, ibu dan keluarga penderita diharap bisa memberikan
perawatan yang optimal bagi anaknya, senantiasa menjaga kesehatan anak, serta
senantiasa optimis bahwa penyakit anaknya dapat disembuhkan.
b)
Bagi ibu yang sedang
hamil, diharap memeriksakan kehamilannya secara rutin mengingat bahwa penyakit
VSD dan PDA dapat disebabkan oleh infeksi virus rubella ketika prenatal.
2)
Bagi Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan yang merawat penderita VSD dan PDA
diharap bisa memberikan perawatan
terbaik untuk mengobati dan merawat penderita.
3)
Bagi Masyarakat
Masyarakat
diharap mampu memberikan dukungan secara psikologis untuk membantu proses
penyembuhan penderita VSD dan PDA serta mensuport keluarga penderita.
DAFTAR
PUSTAKA
Nelson,dkk.1999. Ilmu Kesehatan Anak.Jakarta:EGC
Ngastiyah.1984.Perawatan Anak Sakit.Jakarta:EGC
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak
FKUI.1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta:Infomedika
http://id.theasianparent.com/articles/tanda-tanda-kelainan-jantung-bawaan-pada-bayi
diakses pada 13 Oktober 2011 jam 13.45
WIB
http://jantung.klikdokter.com/subpage.php?id=2&sub=79
diakses tanggal 21 Oktober 2011 pukul 08.00 WIB
Terima kasih atas artikel yang sangat informatif. Terlihat yang sangat ditekankan di artikel di atas adalah mengenai VSD dan PDA, bagaimana dengan ASD? Apakah tingkat resiko ASD lebih kecil diabndingkan VSD dan PDA? Apakah perlu tindakan bedah juga?
BalasHapus