A.
KONSEP
PERSALINAN
1.
Pengertian
Persalinan adalah rangkaian proses yang
berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan
kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif pada
serviks dan diakhiri dengan pelahiran plasenta.
(Helen Varney. 2007 :
672)
Proses
persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban keluar dari
uterus ibu.
(Asuhan Persalinan
Normal. 2008 : 37)
Persalinan
adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam
uterus melalui vagina ke dunia luar.
(Sarwono. 2008 : 180)
Persalinan
adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup
bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan
lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
(Manuaba. 2010 : 164)
Bentuk persalinan berdasarkan definisi adalah
sebagai berikut :
1)
Persalinan Spontan
Bila
persalina seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.
2)
Persalinan Buatan
Bila
proses prsalian dengan bantuan tenaga dari luar.
3)
Persalinan Anjuran
(partus presipitatus)
Bila
kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan
rangsangan.
(Manuaba. 2010 : 165)
2.
Patofisiologi










Bayi lahir seluruhnya
(Sarwono. 2008 :186)
3.
Tanda
dan Gejala Persalinan
a. Kekuatan
his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin
pendek.
· Pinggang terasa sakit
yang menjalar ke depan
·
Sifatnya teratur,
interval makin pendek, dan kekuatannya makin besar
·
Mempunyai pengaruh
terhadap perubahan serviks
·
Makin beraktivitas
(berjalan) kekutan makin bertambah.
b. Dapat
terjadi pengeluaran pembawa tanda (pengeluaran lendir, lendir bercampur darah)
serta pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks (perlunakan serviks,
pendataran serviks, terjadi pembukaan serviks).
Dengan
his persalinan terjadinya perubahan pada serviks yang menimbulkan :
·
Pendataran dan
pembukaan
·
Pembukaan menyebabkan lendir
yang ada pada kanalis servikalis lepas
·
Terjadi perdarahan
karena kapiler pembuluh darah pecah.
c. Dapat
disertai ketuban pecah
Pada
beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan pengeluaran cairan.
Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap.dengan pecahnya
ketuban diharapkan persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam.
(Manuaba. 2010 : 169)
d. Kontraksi
uterus yang menyebabkan perubahan serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10
menit).
(Asuhan Persalinan Normal. 2008)
4.
Tahap
Persalinan
a. Kala
I
Kala
I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan
lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat
sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untu primigravida
berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan kurva
Friedman, diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm/jam dan pembukaan
multigravida 2 cm/jam.
Kala
I dalam persalinan terdiri atas dua
fase, yaitu :
1) Fase
laten
·
Dimulai sejak awal berkontraksi
yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap.
·
Berlangsung hingga
serviks membuka kurang dari 4 cm.
·
Pada umumnya, fase
laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam.
·
Kontraksi mulai teratur
tetapi lamanya masih di antara 20-30 detik.
2) Fase
aktif
·
Frekuensi dan lama
kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap
adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan
berlangsung selama 40 detik atau lebih).
·
Dari pembukaan 4 cm
hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan
rata-rata 1 cm per jam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga
2 cm (multipara)
·
Terjadi penurunan
bagian terbawah janin.
(Asuhan Persalinan
Normal. 2008 : 38)
b. Kala
II
Gejala
utama kala II (pengusiran) adalah :
1) His
semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit, dengan durasi 50 sampai 100
detik.
2) Menjelang
akhir kala I, ketuban pecah dan ditandai dengan pengeluaran cairan secara
mendadak.
3) Ketuban
pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan mengejan, karena
tertekannya pleksus Frankenhauser.
4) Kedua
kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga terjadi kepala
membuka pintu, suboksiput bertindak sebagai hipomoglion berturut-turut lahir
ubun-ubun besar, dahi, hidung dan muka, dan kepala seluruhnya.
5) Kepala
lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar, yaitu penyesuaian kepala
terhadap pungung.
6) Setelah
putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi ditolog dengan jalan: kepala
dipegang pada os oksiput dan di bawah dagu, ditarik curam ke bawah untuk
melahirkan bahu depan, dan curam ke atas untuk melahirkan bahu belakang,
setelah kedua bahu lahir, ketika dikait untuk melahirkan sisa badan bayi, bayi
lahir diikuit oleh sisa air ketuban.
7) Lamanya
kala II untuk primigravida 50 menit dan multigravida 30 menit.
c. Kala
III (pelepasan uri)
Setelah
kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10 menit. Dengan lahirnya
bayi, mulai berlangsung pelepasan plasenta pada lapisan Nitabusch, karen sifat retraksi
otot rahim. Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memerhatikan
tanda-tanda :
·
Uterus menjadi bundar
·
Uterus terdorong ke
atas karena plasenta dilepas ke segmen bawah rahim
·
Tali pusat bertambah
panjang
·
Terjadi perdarahan
Melahirkan
plasenta dilakukan dengan dorongan ringan secara Crede pada fundus uteri.
d. Kala
IV (observasi)
Kala
IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karen perdarahan postpartum paling
sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan meliputi tingkat
kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi dan
pernapasan, kontraksi uterus, terjadinya perdarahan). Perdarahan dianggap masih
normal bila jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc.
(Manuaba. 2010 : 173)
5.
Tahap
Evaluasi Parturien
a. Melakukan
Anamnesis :
·
Sejak kapan perut
terasa nyeri (mules).
·
Jarak setiap terasa
sakit.
·
Lamanya rasa sakit.
·
Apakah sudah
mngeluarkan : lendir campur darah, darah, cairan.
·
Bagaimana rasa / kesan
perut bagian bawah.
·
Bagaimana gerak janin
di dalam perut.
b. Pemeriksaan
Fisisk
·
Pemeriksaan fisik umum
(kondisi umum, kesadaran, tampak pucat/anemis)
·
Pemeriksaan tanda vital
(tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan)
·
Pemeriksaan khusus
abdomen :
-
Kesan abdomen (perut
kembung, tampak gerak janin)
-
Pemeriksaan leopold
(terdapat tanda abnormal [nyeri berlebihan, tanda cairan bebas dalam abdomen,
kesan lingkaran Bandle meningkat/tinggi, bagian janin mudah diraba, tampak
perdarahan pervagina])
·
Pemeriksaan dalam.
Pemeriksaan
dalam dilakukan pada setiap parturien yang baru datang dengan tujuan untuk
menetapkan apakah parturien in partu, menetapkan titik awal rencana persalinan,
dan menetapkan ramalan perjalanan persalinan. Selanjutnya pemeriksaan dalam
dilakukan berdasarkan petunjuk (indikasi) sehingga dapat menghindari infeksi. Indikasi
pemeriksaan dalam adalah ketuban pecah sebelum waktunya, untuk mengevaluasi
pembukaan, terjadi indikasi untuk menyelesaikan persalinan atau rencana
melakukan rujukan, petunjuk partograf WHO setiap 4 jam.
(Manuaba. 2010 : 176)
6.
Penatalaksanaan
a. Kala
I
·
Bantu ibu dalam
persalinan jika nampak gelisah, ketakutan dan kesakitan.
-
Memberikan dukungan dan
yakinkan dirinya.
-
Memberikan informasi
mengenai proses dan kemajuan persalinan.
-
Dengarkan keluhannya
dan cobalah lebih sensitif mendengarnya.
·
Jika ibu tersebut
tampak kesakitan, dukungan / asuhan yang dapat dilakukan :
-
Lakukan perubahan
posisi.
-
Posisi sesuai dengan
keinginan ibu, tetapi jika ibu tetap ingin ditempat tidur sebaiknya dianjurkan
tidur miring kiri.
-
Sarankan untuk
jalan-jalan.
·
Ajarkan orang yang menemaninya
(suami dan keluarga) untuk memijit
menggosok punggung ibu atau membasuh wajah antara his.
-
Mengajarkan pada ibu
untuk menahan napasnya sebentar kemudian dilepaskan lewat mulut.
-
Jika diperlukan berikan
petidin 1 mg/Kg BB (tetapi jangan melebihi 100 mg) IM/IV secara perlahan atau
morfin 0,1 mg/Kg BB atau tranadol 500 mg/oral.
-
Penolong tetap menjaga
hak privasi ibu dalam persalinan, antara lain menggunakan penutup/tirai.
-
Menjelaskan persalianan
dan perubahan yang terjadi disertai prosedur yang akan dilakukan dan hasil
pemeriksaan.
-
Memperbolehkan ibu
untuk jalan-jalan bila kepala janin sudah masuk PAP untuk mempercepat penurunan kepala dengan
bantuan gravitasi bumi.
-
Ibu bersalin biasanya
merasa panas dan banyak keringat, atasi dengan cara:
1) Menggunakan
kipas angin / AC
2) Menggunakan
kipas biasa
3) Menganjurkan
ibu untuk membuka pakaian yang berlebihan
4) Memenuhi
kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi dengan memberi minum.
5) Sarankan
ibu untuk berkemih bila terasa ingin BAK.
b. Kala
II
·
Memberikan dukungan
terus-menerus kepada ibu dengan :
-
Mendampingi ibu agar
merasa nyaman
-
Menawarkan minum,
mengipasi, memijat ibu
·
Mengipasi ibu dan
masase untuk menambah kenyamanan ibu.
·
Menjaga kandung kemih
tetap kosong, ibu tidak boleh menahan kencing
·
Menjaga kebersihan diri
-
Menjaga privasi ibu
-
Menjelaskan tentang
proses dan kemajuan persalinan
-
Menjelaskan prosedur
yang akan dilaksanakan dan hasil pemeriksaan
·
Mengatur posisi ibu
dalam bimbingan meneran. Dapat dipilih posisi jongkok, menungging, tidur
miring, atau setengah duduk. Posisi tegak ada kaitannya dengan berkurangnya ras
anyeri, mudah meneran, berkurangnya trauma vagina, perineum dan resiko infeksi.
c.
Kala III
·
Memberikan oksitosin
untuk merangsang uterus berkontraksi yang juga begitu plasenta terasa lepas,
keluarkan dengan tangan/klem tali pusat mendekati plasenta, keluarkan plasenta
dengan gerakan ke bawah, kemudian keatas sesuai dengan jalan lahir.
·
Kedua tangan dapat
memegang plasenta perlahan-lahan memutar plasenta dengan searah jarum jam untuk
mengeuarkan selaput ketuban.
·
Segera setelah plasenta
lahir dan selaput dikeluarkan, masase fundus uteri agar menimbulkan kontraksi.
d.
Kala IV
·
Periksa fundus uteri
tiap i5 menit pada 1 jam pertama dan 20-30 menit selama jam kedua.
·
Periksa tekanan darah,
nadi, kandung kemih, dan perdarahan setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan tiap
30 menit pada jam kedua.
·
Anjurkan ibu untuk
banyak minum air putih untuk mencegah dehidrasi.
·
Bersihkan perineum ibu
dan kenakan pakaian yang bersih dan kering.
·
Biarkan bayi
beristirahat, bantu ibu pada posisi yang nyaman.
·
Jika ibu perlu ke kamar
mandi, ibu boleh bangun, pastikan ibu dibantukarena masih dalam keadaan lemah
setelah persalinan.
·
Pastikan ibu sudah BAK
dalam 3 jam post partum.
·
Ajari ibu dan keluarga
tentang :
-
Bagaimana pemeriksaan
fundus dan merangsang kontraksi.
-
Tanda-tanda bahaya bagi
ibu dan janin.
(Abdul Gani. 2008 : N-8)
B.
KONSEP
KPD
1.
Pengertian
Ketuban pecah dini ( Premature Rupture of Membrane / PROM ) adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu pembukaan pada
primi kurang dari 3 cm dan multipara kurang dari 5 cm.
(Mochtar,
1998 : 255)
Ketuban
Pecah Dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan, dan
ditunggu satu jam belum dimulainya tanda persalinan.
(Manuaba, 2010 : 229)
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan
sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi
pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm
adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang
terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.
(Anggraini,
2011)
2.
Etiologi
a.
Serviks inkompeten
b.
Ketegangan rahim : kehamilan ganda, hidramnion
c.
Kelainan letak janin dalam rahim : letak sungsang, letak lintang
d.
Kemungkinan kesempitan panggul : perut gantung, bagian terendah belum masuk
PAP, CPD
e.
Kelainan bawaan dari selaput ketuban
f.
Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput
ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah
g.
Trauma
(Manuaba,
2010 : 229)
3.
Tanda
dan Gejala
-
Ketuban pecah tiba-tiba / keluar cairan ketuban
-
Cairan tampak di introitus
-
Tidak ada his dalam 1 jam
-
Bau cairan ketuban yang khas
(Saifuddin,
2002 : 113)
4.
Patogenesis
Menurut
taylor PROM ada hubunganya dengan
-
Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban
pecah. Penyakit-penyakit seperti pielonetritis, servisitis, dan vaginnitis
terdapat bersama-sama dengan hipermotilitas rahim ini
-
Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban)
-
Infeksi (amnionitis/korioamnionotis)
-
Factor-faktor yang merupakan factor predisposisi ialah multipara,
malposisi, disproporsi, serviks inkompeten, dan lain-lain
-
Ketuban pecah dini artificial (amniotomi) dimana ketuban dipecahkan
terlalu dini
(Rustam Muchtar, 1998 : 256)
5.
Diagnosis
-
Terjadi pengeluaran cairan mendadak disertai bau yang khas
-
Pemeriksaan yang mendapatkan bahwa cairan yang keluar adalah air
ketuban, diantaranya tes terning dan nitrazing tes . Langkahnya :
·
Pemeriksaan speculum, untuk mengambil sample cairan ketuban di fornik
posterior dan mengambil sample cairan untuk kultur dan pemeriksaan
bakteriologis
·
Pemeriksaan dalam dengan hati-hati, sehingga tidak banyak manipulasi
daerah pervis untuk mengurangi kemungkinan infeksi asenden dan persalinan
prematuritas
(Manuaba, 2010 : 230)
6.
Komplikasi
-
Pada anak : IUFD, IPFD, asfiksia prematuritas
-
Pada ibu : partus lama dan infeksi, atonia uteri, perdarahan post
partum, prolaps tali pusat, dan infeksi nifas
(Rustam Mochtar, 1998 : 258)
7.
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan leukosit darah : >15.000/UI
bila terjadi infeksi.
b. Tes lakmus merah berubah menjadi biru.
c. Amniosintesis.
d. USG : menentukan usia kehamilan, indeks cairan
amnion berkurang.
(FKUI,
1999 : 313)
8.
Penanganan
1) Konservatif
a.
Rawat di RS
b.
Jika ada perdarahan pervaginam dengan nyeri perut pikirkan solution
plasmenta
c.
Jika ada tanda-tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau) berikan
antibiotika sama halnya jika terjadi amnionistis
d.
Jika tidak ada tanda-tanda infeksi dan kehamilan < 37 minggu
-
Berikan antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin :
ampicillin 4x500 mg selama 7 hari ditambah eritromicin 250 mg peroral 3x1
selama 7 hari
-
Berikan kortikosteroid kepad ibu untuk memperbaiki kematangan paru
janin
-
Lakukan persalinan pada kehamilan 37 minggu
-
Jika terdapat his dan darah lender, kemungkinan terjadi persalinan
preterm
e.
Jika tidak ada infeksi dan kehamilan > 37 minggu
-
Jika ketuban telah pecah > 18 jam, berikan antibiotika profilaksis
untuk mengurangi resiko infeksi streptococcus group B
-
Nilai serviks
Ø Jika serviks matang, lakukan induksi
persalinan dengan oksitosin
Ø Jika serviks belum matang, matangkan serviks
dengan prostaglandin dan infuse oksitosin atau lahirkan dengan operasi
sectiocessarea.
(Saifuddin, 2002 : 114)
2) Aktif
a. Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan
oksitosin, bila gagal seksio sesarea. Dapat pula diberikan Misoprostol 50mg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
b. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan
antibiotika dosis tinggi, dan persalinan diakhiri :
1. Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan
servik, kemudian induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan SC.
2. Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan,
partus pervaginam.
3) Antibiotika Setelah Persalinan
a.
Profilaksis : stop antibiotika.
b.
Infeksi : lanjutkan untuk 24-48 jam setelah bebas panas.
c.
Tidak ada infeksi : tidak perlu antibiotika.
(Sarwono,
2002 : 219-220)
C.
KONSEP VAKUM
1.
Pengertian
Ekstraksi
Vacum adalah suatu persalinan buatan dengan prinsip anatara kepala janin dan
alat penarik mengikuti gerakan alat vacum ekstraktor.
(Sarwono, 2008)
Ekstraksi Vacum adalah tindakan obstetrik
yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan sinergi tenaga
mengejan ibu dan ekstraksi pada bayi.
( Maternal dan Neonatal ; 495 )
2.
Indikasi
a. Ibu
: penyakit jantung, cedera atau gangguan paru, penyakit neurologis tertentu,
kelelahan, persalinan kala II yang berkepanjangan.
b. Janin
: prolaps tali pusat, pemisahan plasenta prematur, dan pola frekuensi denyut
jantung janin yang tidak meyakinkan.
(Cunningham,
2005)
3.
Kontraindikasi
Kontraindikasi relatif pelahiran dengan
ekstraktor vakum antara lain presentasi muka atau selain puncak kepala lainnya,
prematuritas berat, koagulopati janin, makrosomia, dan janin yang baru diambil
sampel darah kulit kepalanya.
(Cunningham,
2005)
4.
Syarat-Syarat
Vacum
a.
Pembukaan serviks
lengkap
b. Presentasi
kepala
c.Posisi
kepala janin harus diketahui secara pasti
d. Tidak
ada kesempitan panggul.
e.Penurunan
H III/IV ( dasar panggul ).
f. Ibu kooperatif dan masih mampu untuk
mengejan.
g. Ketuban
sudah pecah/dipecahkan.
(Cunningham, 2005)
5. Persiapan
Tindakan
a.
Persiapkan ibu dalam
posisi litotomi
b.
Kosongkan kandung kemih
dan rektum
c.
Bersihkan vulva dan
perineum dengan antiseptik
d.
Beri infus bila
diperlukan
e.
Siapkan alat-alat yang
diperlukan
6.
Teknik Ekstraksi
a.
Lakukan pemeriksaan
dalam untuk mengetahui posisi kepala, apakah ubun-ubun kecil terletak di depan
atau kepala, kanan/kiri depan, kanan/kiri belakang untuk menentukan letak
denominator.
b.
Lakukan episiotomi
primer dengan anestesi lokal sebelum mangkuk dipasang pada primigravida.
Sedangkan pada multipara, episiotomi dilakukan tergantung pada keadaan
perineum. Dapat dilakukan episiotomi primer atau sekunder (saat kepala hampir
lahir dan perineum sudah meregang) atau tanpa episiotomi.
c.
Lakukan pemeriksaan
dalam ulang dengan perhatian khusus pada pembukaan, sifat serviks dan vagina,
turunnya kepala janin dan posisinya. Pilih mangkuk yang akan dipakai. Pada
pembukaan serviks lengkap, biasanya dipakai mangkuk nomor 5.
d.
Masukkan mangkuk ke
dalam vagina, mula-mula dalam posisi agak miring, dipasang di bagian terendah
kepala, menjauhi ubun-ubun besar. Pada presentasi belakang kepala, pasang
mangkuk pada oksiput atau sedekat-dekatnya. Jika letak oksiput tidak jelas atau
pada presentasi lain, pasang mangkuk dekat sakrum ibu.
e. Dengan
satu atau dua jari tangan, periksa sekitar mangkuk apakah ada jaringan serviks
atau vagina yang terjepit.
f. Lakukan
penghisapan dengan pompa penghisap dengan tenaga – 0,2 kg/ cm2,
tunggu selama 2 menit. Lalu naikkan tekanan – 0.2 kg/cm2 tiap 2
menit sampai sesuai tenaga vakum yang diperlukan, yaitu – 0,7 sampai – 0,8
kg/cm2.
g. Sebelum
mengadakan traksi, lakukan pemeriksaan dalam ulang, apakah ada bagian lain
jalan lahir yang ikut terjepit.
h. Bersamaan
dengan timbulnya his, ibu diminta mengejan. Tarik mangkuk sesuai arah sumbu
panggul dan mengikuti putaran paksi dalam. Ibu jari dan jari telunjuk tangan
kiri menahan mangkuk agar selalu dalam posisi yang benar, sedang tangan kanan
menarik pemegang. Traksi dilakukan secara intermiten bersamaan dengan his. Jika
his berhenti traksi juga dihentikan.
i.
Lahirkan kepala janin
dengan menarik mangkuk ke atas sehingga kepala melakukan gerakan defleksi
dengan suboksiput sebagai hipomoklion, sementara tangan kiri penolong menahan
perineum. Setelah kepala lahir, pentil dibuka, lalu mangkuk dilepas. Lama tarikan sebaliknya tidak lebih dari 20 menit,
maksimum 40 menit.
7. Kegagalan
1)
Ekstraksi vacum
dianggap gagal jika :
a. Kepala
tidak turun pada tarikan
b. Jika
tarikan sudah tiga kali dan kepala bayi belum turun, atau tarikan sudah 30
menit
c. Mangkok
lepas pada tarikan pada tekanan maksimum
2) Setiap
aplikasi vacum harus dianggap sebagai ekstraksi vacum percobaan. Jangan
lanjutkan jika tidak terdapat penurunan kepala pada setiap tarikan.
8. Penyebab
Kegagalan
a. Tenaga
vacum terlalu rendah
b. Tekanan
negatif dibuat terlalu cepat.
c. Selaput
ketuban melekat.
d. Bagian
jalan lahir terjepit.
e. Koordinasi
tangan kurang baik.
f. Traksi
terlalu kuat.
g. Cacat
alat, dan
h. Disproporsi
sefalopelvik yang sebelumnya tak diketahui.
9. Komplikasi
a.Laserasi
dan memar kulit kepala
b. Sefalohematoma
c.Perdarahan
intrakranium
d. Ikterus
neonatus
e.Distosia
bahu
f. Kematian janin
DAFTAR
PUSTAKA
Anggraini.
2011. Ketuban Pecah Dini. http://anggarini.staff.uns.ac.id
diakses pada tanggal 13 November 2012.
Asuhan Perasalinan Normal. 2008. Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi
Menyusu Dini. Jakarta : JNPK-KR.
Manuaba, Ida Bagus. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB
untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Mochtar, Rustam. 1992. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta : EGC.
Prawirohardjo,
Sarwono. 2002. Asuhan Maternal dan
Nonatal. Jakarta : YBPSP.
Prawirohardjo,
Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta
: YBP-SP.
Saifuddin.
2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal. Jakarta: YBP – SP.
Saifuddin. 2008. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :
EGC.
Varney, Hellen, dkk. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2.
Jakarta : EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar